Blogger Template by Blogcrowds

cinta itu adalah sebuah perjuangan, ia tidak datang murah dari langit, maka ia harus diperjuangkan, terkadang cinta baru akan mekar setelah melewati berbagai derita, derita bukan musuh cinta, derita itu membuat cinta menjadi dewasa

Once Upon a time in TK Raudhatul Athfal Istiqlal

“Ayo...temen-temen...sekarang kita akan menanam kedelai.... nah, coba lihat ini pura-puranya biji kedelai, pura-puranya....”

Demikikan salah satu ustadzah menerangkan kepada santri TK Islam Raudhatul Athfal Istiqlal. Tampak anak-anak turut memperhatikan cerita biji kedelai yang nantinya akan diolah menjadi susu kedelai setelah melalui berbagai rintangan, Seorang ustadzah pun mulai meniti ‘jembatan’ sambil menaruh bakul berisi kedelai pura-pura di atas kepalanya. Anak-anak dengan serius melihat ibu ustadzah yang terkadang oleng hampir jatuh meniti jembatan, meski ada beberapa anak termasuk Mickey yang mulai merengek meminta kegiatan yang lain.

Atraktif! Fun!

Menurut penjelasan Pak Kasmudi, Humas TK Raudhatul Athfal Istiqlal, TK ini memiliki tujuh buah sentra. Anak-anak tidak diajarkan ilmu agama, melainkan penerapan kehidupan beragama, “Jadi anak-anak bila diminta untuk menyebutkan rukun Islam atau rukun iman, maka belum tentu dia bisa menyebutkannya, tapi anak-anak didik kami sudah bisa mengatakan kepada temannya ’maaf, Allah Maha Melihat, kamu tidak boleh bohong’nanti dicatat lho sama malaikat atid...” ujar beliau.

Jam belajar dimulai sejak pukul 07.00 hingga pukul 14.00 WIB, anak-anak diajak mengenal nilai-nilai keislaman atas berbagai hal, baik ketika mereka berbicara, makan, shalat, bermain dan kegiatan-kegiatan lainnya. Penanaman nilai disampaikan melalui metode cerita dan bermain, saat makan contohnya, diselipkan cerita-cerita keislaman, baik sirah nabi maupun sirah shahabi.

Orang tua pun turut serta

Tidak hanya anak-anak yang mendapat pengetahuan keIslaman, Pak Kasmudi mengatakan bahwa sebelum anak-anak dimasukkan ke TK, orang tua diberikan training pula selama tiga hari, bahkan Pak Kasmudi menambahkan ada salah seorang calon wali murid yang menangis karena kecewa anaknya tidak dididik sebagaimana metode TK Raudhatul Athfal ini, sehingga dengan segera ia memindahkan anaknya untuk masuk ke TK yang terletak di sayap kanan Masjid Istiqlal ini.

Komunikasi pun terus diupayakan agar tetap terjalin antara pihak sekolah dan wali murid lewat pertemuan rutin bulanan, manakala orang tua tidak hadir, maka rapor anak pun tidak diberikan. Demikian pula ketika ada masalah yang dihadapi anak, maka tak segan pihak sekolah memanggil orang tua, bukan untuk memberikan sangsi, tapi lagi-lagi diajak komunikasi. Hal ini dimaksudkan agar pengajaran yang diterapkan di TK juga dapat disinkronisasi orang tua ketika anaknya di rumah.

Menerima Penelitian

Sebagai pilot proyek Departemen Agama, TK Raudhatul Athfal juga membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin mengadakan penelitian atau studi banding di TK ini. Untuk mahasiswa misalnya, yang ingin membuat skripsi, disediakan waktu selama satu bulan untuk mengadakan observasi. Dengan biaya Rp. 1.000.000,- peserta selain penelitian satu bulan, juga mendapat makan siang, wajib magang selama 5 hari dari jam 07.30 hingga 16.00 WIB. Bila lebih dari satu bulan tapi masih ingin melanjutkan observasi maka diperbolehkan meski ada beberapa fasilitas yang tidak lagi diberikan.

Bagi yang ingin mengadakan penelitian, cukup mengajukan surat pengantar dari instansi kepada pihak TK, dan untuk waktu penelitian, ditentukan oleh pihak TK Raudhatul Athfal Istiqlal.

Acu_ichi, setelah mengadakan kunjungan tanggal 06 November 2007 bersama Haya dan Novi

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda