Blogger Template by Blogcrowds

cinta itu adalah sebuah perjuangan, ia tidak datang murah dari langit, maka ia harus diperjuangkan, terkadang cinta baru akan mekar setelah melewati berbagai derita, derita bukan musuh cinta, derita itu membuat cinta menjadi dewasa

Puisi Pak Taufiq Ismail

Tuhan Sembilan Senti
Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

MAAF DI STASIUN KERTAPATI

Cerita ini sisi buat waktu masih semester 3 IIQ, inspired by true story hehe..

Suasana kelas sibuk seperti biasa, semuanya larut dalam pekerjaannya masing-masing. Ada yang berhias, make-up kilat menghilangkan kerut ngantuk wajahnya. Ada pula yang membongkar-bongkar tas, mencari fotokopian makalah presentasi hari ini. Lain lagi dengan Eda, yang dengan setia senantiasa mengajak teman-temannya untuk mengisi perut-yang mulai melantunkan irama lapar-di kafe samping masjid.

“Sekarang udah tanggal 7 nih!”, tukas Imut.

“Emangnya..emangnya..emangnya kenapa?” timpal Asri kembali melontarkan kata-kata yang bikin teman-temannya keki.

“Iiiiiih Asri, bisa nggak sih kalo nggak ngomong gitu, bikin kesel aja nih!”, tak urung Rani bicara.

“Emangnya..emm”belum selesai Asri menyelesaikan paragraf kalimatnya, tangan Imut menutup rapat mulutnya, pertanda Asri harus mengunci kedua bibirnya. KLEK.

“Nggak, kayaknya hari ini Al-Qishthi udah keluar deh!”, sambung Dewi menyebutkan majalah yang digemari kalangan IIQ-ian.

“O iya, beli yuuuuuuk!”

“Ayuuuuuk, tapi aku lagi nggak punya uang” kata Imut.

“Cik, makcik kan baru gajian, beliin dong kali-kali, kasihanilah nasib jomblo-jomblo yang lagi kanker ini....hiks”, Asri memelas penuh harap.

“Yee, siapa bilang baru gajian, Ida baru habis di-PHK, jadi nggak gajian bulan ini.”

“Bisa aja ni makcik, kerja aja belum, gimana bisa di-PHK??” kata Dewi sembari geleng-geleng kepala.

Sesaat suasana hening, masing-masing larut dalam lamunannya.

“O IYAA” sontak Dewi berteriak mengagetkan yang lain.

“Iiih Dewi, ngagetin aja nih,” sahut Imut diamini ning Mamnu’.

“Sori-sori, baru inget kalo hari ini aku kebagian tugas masak, aku belum belanja”

“Yee, kirain apaan. Eh ngomong-ngomong. Gimana kalo kita patungan aja belinya, masing-masing nyumbang seribu, kalo ada yang mau lebih sih nggak apa-apa.” Usul ning Mamnu’.

“Bole juge tuh usulnye, kite kan betujuh ni, harge al-Qisthi tuju rebu, ya paslah, nanti bacenye ganti-gantian, gua terakhir nggak papa deh, asal bisa bace tu majalah,” kata Tutut.

“Ya udah, kalo gitu, sini kumpulin uangnya, ntar biar aku yang beli sama t’Imut.” sahut Asri.

Akhirnya, ketujuh anak itu merogoh dompetnya masing-masing demi mendapatkan majalah kesayangannya. Maklum, karena kiriman belum datang, uang yang terkumpul pun berupa koin-koin cepekan dan gopekan. “Yap, pas tujuh ribu, alhamdulillah” sambung Ida dengan napas penuh kelegaan.

J

alanan depan kampus mulai memadat. Seperti biasa, setiap pagi bus-bus dijejali mahasiswa. Para pelajar pun ikut meramaikan suasana. Mungkin suatu saat Ciputat akan menggantikan posisi Yogya sebagai kota Pelajar. Kali aja ya?!

Karena abang yang menjual koran masih ngerapiin koran dan majalah-majalah, Asri dan Imut membeli Aqua dua gelas dan roti dua bungkus. Keduanya pun yang memang belum makan dari pagi langsung melahap roti itu. Berselang 3 menit, abang koran pun nampaknya selesai menata korannya.

Asri dan Imut perlahan mendekat, mencari-cari majalah kesayangan mereka, “Naah, tu dia teh!” seru Asri dengan mulut penuh roti, seraya menunjuk tumpukan majalah yang dibungkus plastik sama abangnya. “Jangan ambil yang atas, biasanya yang paling atas sering dilihat-lihat orang, jadi agak lecek” sambung Asri sambil berbisik.

Imut pun mengambil majalah tersebut, memilih-milih. Demikian pula Asri, ikut membolak-balik halaman majalah, melihat isi majalah tersebut. “Waaaah, ada bonus kalendernya” gumam Asri.

“Eh neng, kalo nggak mau beli, mendingan jangan pegang-pegang deh! Kan majalah saya jadi kotor”. Tiba-tiba abang koran berkata dengan raut muka tak menyenangkan kepada Asri.

“Abang kok ngomong gitu sih, saya kan nggak ngotorin majalah abang, kok abang jadi marah-marah sama saya sih?” timpal Asri.

“Saya nggak marah kok, saya cuma ngasih tau. Kamu ini... dikasih tau sama orang tua kok malah ngelawan! Saya lihat kamu makan roti, trus kamu pegang-pegang majalah saya.” suara abang koran makin meninggi.

Asri yang tidak terima diomelin seperti itu tak mau kalah suara ”Abang lihat dong, emang korannya kotor? Saya nggak terima abang ngomong gitu sama saya!”

Suasana semakin memanas, Imut yang berusaha meredam amarah Asri tampaknya sia-sia. Bukan malah redam, amarah Asri semakin menjadi-jadi yang mungkin tidak pantas untuk diungkapkan di sini.

“Kamu ini, anak baru kemarin sore berani-beraninya ngelawan orang tua, Nggak sopan. Percuma aja kamu pakai jilbab, tapi hati kamu nggak berjilbab!”

“Abang,..”

“Udah Ri, ayo pergi, udah-udah, jangan bicara lagi.” Tukas Imut sambil mengajak Asri yang masih dirundung kekesalan meninggalkan medan pertengkaran yang kemungkinan akan berlangsung hebat jika tidak ada yang melerai.

“IIIIIIIIIIH, ASRI SEBEEEEEEL!!!!!”

“Udah Ri, tenang, jangan terbawa emosi. Sabar.. mungkin abangnya lagi kesel, jadi ngomongnya kayak gitu” kata Imut menenangkan.

“Asri kan nggak ada maksud ngotorin majalahnya, abangnya aja yang salah paham. Lagian ngapain juga nyangkut-nyangkutin masalah jilbab, kan nggak ada hubungannya. Pokoknya Asri nggak terima”, kata Asri sambil berlari meninggalkan Imut yang terdiam, tak tau harus berbuat apa.

B

ulan Syawal sebentar lagi tiba, para mahasiswa pun yang merantau ke Jakarta pun pulang ke kampungnya masing-masing. Untuk beberapa saat, Jakarta akan tampak lengang, karena penduduknya mudik, melepaskan kerinduan di kampung halaman dengan keluarga, kerabat dan handai taulan.

Seperti mudik sebelumnya, Asri pun terpaksa harus kembali berdesak-desakan dengan para pemudik lainnya. Setelah menyeberang dari Merak ke Bakauheni, ia pun pergi membawa barang-barangnya menuju stasiun Tanjung Karang, untuk meneruskan perjalanannya menuju stasiun Kertapati, Palembang. Karena ia berangkat pada H-3, Asri harus puas naik kereta ekonomi, non-seat pula.

Asap rokok menyeruak kemana-mana. Asri bersungut-sungut di dalam hati, “Orang nggak berperasaan!! Suasana sumpek seperti ini, bukannya toleran, malah nambah bikin mumet aja.”

Pandangan Asri menyapu sekelilingnya, mencoba mencari-cari tempat, mungkin ada tempat yang masih kosong, sehingga ia tak perlu bersusah-susah menggelar koran di bawah, duduk bersila ataupun sejenisnya.

Ketika Asri sampai di gerbong ekonomi ke dua, ia melihat ada sebuah bangku kosong di dekat jendela. “Waaah, lumayan nih”. Asri pun cepat-cepat mengambil posisi duduk di bangku tersebut, lalu melonjorkan kakinya dan membayangkan keluarga yang menantinya di rumah.

Tak berapa lama kemudian, seorang bapak datang menghampiri bangkunya, Asri yang masih asyik dengan lamunannya tak mengindahkan keadaan sekelilingnya. Cukup lama bapak itu memperhatikannya, menyamakan nomor karcis pada tiket dan tempat duduk yang diduduki oleh Asri.

Setelah beberapa lama, karena merasa diperhatikan, Asri kemudian memalingkan pandangannya kepada orang yang berdiri di dekat bangkunya tersebut. Betapa terkejutnya Asri, menyadari bahwa orang yang ada di depannya adalah abang koran yang biasa berjualan di depan kampus.

“em..in..ini. tempat d..duduuk ab eh bapak ya ?” Asri tergagap, lidahnya kelu.

“Oh, nggak apa-apa, saya terbiasa berdiri kok. Udah adek duduk aja. Biarin saya duduk di sebelah sana..” jawab bapak tersebut seraya menunjuk suatu tempat di bawah yang kembali membuat Asri tak enak setengah mati.

“Bapak aja deh yang di sini, kan ini tempat duduk bapak, biar saya aja yang di situ.”

“Udah, nggak usah neng”. Sambung bapak itu sambil mengelar koran di bawah lalu mengambil posisi duduk yang nyaman baginya. “Aduuuuuh, jadi nggak enak, bapak itu masih ingat nggak ya sama aku...” keluh Asri dalam hatinya.

Sepanjang perjalanan, Asri gundah dalam lamunannya, teringat kejadian beberapa bulan silam, ketika ia bertengkar dengan bapak yang kini memberikan tempat duduknya dengan sukarela, seakan tak pernah merasa bahwa Asri pernah menoreh luka hatinya. Asri merasa sangat menyesal dan berdosa, ia pun bertekad sesampainya ia di stasiun Kertapati, ia akan meminta maaf atas kekhilafan yang telah ia lakukan.

“Pak, majalah Al-Qisthinya ada?”

“O ada, nih dia”

“Makasih ya pak, ini uangnya..” kata Asri sambil mengambil uang yang berupa koin-koin cepekan dan gopekan itu dari t’Imut dan memindahkannya ke tangan orang yang pernah dilukai hatinya.

“Makasih juga neng, ntar kalo mudik, bareng lagi ya neng..” jawab Bapak penjual koran sambil tersenyum manis, semanis senyum maaf yang ia berikan sewaktu Asri memohon maaf dengan tulus padanya di stasiun Kertapati.

Kepada orang-orang yang pernah Isi sakiti, bukakanlah pintu maafmu

BJ, pacarku


Saat pertama kali ku jumpa dirimu

Hatiku langsung jatuh cinta

Kau memang tak tampan

Kau memang tak sempurna

Tapi bukankah tiada makhluk yang sempurna

Kau begitu sederhana

Kulitmu yang hitam pertanda perkasa

Suaramu yang berat menyiratkan bahwa kau dewasa

Diammu sungguh penuh pesona

BJ, my Black Joe

Di sisiku kau slalu setia

Temaniku kau selalu menyerta

BJ, I love you so much...

Sssssssssst... puisi ini sengaja sisi buat untuk BJ, my new bike. sebagai usaha untuk menyelamatkan dunia halah... selain menghemat ongkos hehe... Menjadi rekor bagi sisi sendiri, menempuh cinangka(asrama IIQ) sampai pondok labu dengan si BJ, dalam kurun waktu satu jam haha...ayo kawan, rame2 pake sepeda...


Puisi cintaku yang pertama

Sebenernya malu mau nulis ini, tapi biarlah..ini bukti akan kekonyolan dan kepolosan sisi di waktu dulu..

Puisi ini sisi buat di kelas, dibuat di selembar kertas, kertas bekas, bekas dalam arti pernah dipake sebelumnya buat nulis imla surat al-kafirun sama gambar gigi yang di bagian kiri belakangnya sisi warnai dengan warna hitam, untuk memvisualkan rasa nyeri yang menyerang gigi geraham sebelah kiri.

Puisi ini dibuat dalam dua bahasa haha... sungguh kreatif bukan? Judulnya My Heart(sebelum Irwansyah dan Acha Septiasa maen film, sisi dah duluan punya ide) dan dialihbahasakan ke dalam bahasa Arab berjudul Qalbi(Pake Qaf lho, bukan Kaf)

Bunyinya begini

My heart

I don’t know

Do you love me

Like I Love you

I don’t know

Do you know my heart?

Do you know my self?

But why...

Sometimes I think

If you love me

You just want to drop me

Aaaah....I hope you don’t like that

Perhaps


Jangan dulu tertawa saudara-saudara, ini versi arabnya...haha


Qalbii

Ana la a’rif

Hal anta tuhibbu ma’i?

Mitsla ana uhibbuk ma’ak?

Bal limaza

Wa kana taaratan ufakkiru

Idza anta tuhibbu ma’i, turiidu an..

Aaaah....Arju anta la mitsla dzalika,

Yumkinu...

Wakakakak... sekarang tertawalah sepuasnya saudara..karena waktu sisi baca lembaran ini, sisi sadari betapa konyolnya waktu itu...lihat bahasa yang dipakai, sungguh kacau dan sungguh-sungguh tidak kreatif hehe..dan coba lihat pada bait puisi Arab, ada bagian puisi yang tidak ditulis, lantaran waktu itu tidak tau kosakata yang harus digunakan hahahahaha

Sayang..tidak tercantum tanggal pembuatan, jadi sisi pun lupa kepada siapa luapan hati itu diungkapkan..

Mari kita tertawa bersama...


Surat-surat itu...


Orang yang pernah hidup di perantauan pasti pernah mengalami hal ini, mendapat kiriman surat sebagai pelipur rindu atau kotak bersampul kertas coklat atau koran atau malah tidak disampul sama sekali berisikan penganan, buah, atau makanan khas daerah lainnya.

Maghrib kemarin, waktu bun2 beres rumah, ditemukanlah sebuah kotak susu bertuliskan milo berpadukan warna hijau dan coklat(Halah, kepanjangan ya hehe), tempat penyimpanan surat-surat acu waktu masih di Pondok dulu.

Ada surat dari ayah, sang pria favoritku yang tulisannya paling bagus di rumah hehe..., ternyata ayah sisi tu sungguh romantis haha.. salah satu surat ayah berisikan puisi yang huruf awal per bait diambil dari nama panjang acu ERISIA, ayah...ayah...

Mamak juga rajin ngirim surat, tentunya berisikan harapan-harapan kepada anaknya yang bertampang anak smp ini(ni pendapat mamak loh...suer!!), tapi kebiasaan mamak suka nebeng kertas kalo ngirim surat, jadi satu kertas itu dibagi dua, depannya kak ina atau kak amik, belakangnya mamak..hihi

Naah...kalo kak ina, tulisannya juga bagus, paling bagus di antara anak-anak mamak ayah, pangkatnya sebagai anak tertua emang dah keliatan dari dulu... kata-katanya sungguh bijak laksana, sampai jadwal ujian, nomor nim, dan tak lupa nomor anggotanya waktu jadi Pemuda Golkar pun dicantumin hihi... tapi sempet gak nyangka, kak ina alias bun2 yang serius itu ternyata mahir juga mengocok perut lewat sapuan penanya..yuuuuuuuuuuuk

Surat-surat kak Amik atawa ibuk selalu penuh warna, dan juga penuh gaya dalam penulisan, sekian kirim surat, sekian pula tulisannya berganti, dari gaya tulisan hiroglif, sampai tulisan modern dia punya. Surat ibuk selalu bikin ceria, dunia pun akan selalu ceria bila semua orang dikirimi surat oleh Ibuku yang tercinta ini,

Ada juga surat-surat dari temen2, surat dari rohmah, surat dari te nul, surat dari yuli, topa, temen2 sd kayak wulan, feti, lia, tetanggaku dina..dan juga kartu-kartu lebaran dari arie efriana

Surat Cinta(untuk pertama kali aku mengakuinya di depan khalayak hehe..)

Surat cinta? Hehe..gak ada bekasnya lagi, dulu waktu tsanawiyah, sisi pernah dikirimin seseorang, nerimanya deg-degan, tau sendiri kan kalo di pondok, perkara kayak gitu udah bahaya banget...tapi semakin ketat peraturan dibuat, semakin kreatif santri mencari jalan muslihat, dari kasus surat-surat cinta yang diringkas dalam lipatan kertas hingga buku catatan rahasia berdua yang apik dikemas.

Waktu itu, surat dari si ‘x’ sisi dapat lewat temen sisi. Wah! Deg-degan banget....antara kaget, takut, surprise. Kaget, karena baru kali ini dapet surat tembakan, baru kelas 2 mts boo, masih ingusan eeeuy, Takut, karena takut ketahuan qismul amn, alias keamanan putri, kalo ketauan, matilah awak!! Surprise, gak nyangka, biar item dan kurus gini, ada juga yang naksir hehehe...

Surat itu akhirnya sisi baca di bawah jemuran—kita (anak pondok) menyebutnya koya, gemetaran tangan sisi membuat secarik kertas itu bergetar hebat. Hanya sekilas, karena lagi-lagi takut ketauan, surat itu sisi lipat rapat jadi segi empat, lipat lagi jadi segi empat yang lebih kecil, lalu disimpan di dalam lemari.

Entah kenapa, surat itu tak langsung sisi buang, jadi begini teman-teman, surat itu sisi balik, lalu sisi gambar sebuah masjid, lengkap dengan pohon, rumput dan awannya(tipikal gambar anak sd), trus sisi gunting menjadi beberapa potongan kecil. Kenapa digambar, biar kalo sisi mau baca lagi tu surat, potongan gambar itu sisi tempel ulang dan bisa dibaca lagi hahahaha...

Walhasil, waktu kakak sisi datang menjenguk, potongan gambar itu sisi berikan kepada mereka, dan ketika sisi pulang ke rumah bibi, tempat kakak2 sisi menginap, surat itu sudah tertempel rapih dengan solasi, dan terpajang rapi di lemari kaca. Dasar kakak kurang kerjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan. HUH!!

Sekarang surat itu tidak diketahui lagi keberadaannya. Sisi pun tak perduli lagi...

Hunting...hunting... Berburu alumni


Duh, lagi ghirah2nya ni ngumpulin data alumni Darra yang sudah terserak di mana-mana. Alhamdulillah, akhirnya beberapa temen maupun kakak/adik kelas bisa dihubungin juga.

Berbagai macam cara ditempuh. I also want to say thanks to friendster yang dah membantu ‘penyusuran’ yang sungguh excited ini. Di friendster sisi bisa tau alamat email Ihsan Mahmuda, Kak Erika, kak Novi. Tapi sayang, beberapa anggota fs gak nyantumin alamat email mereka seperti Tintuz, Yoga, Aldiko, Ihsan Maulana, Maya, Topa..tapi melihat foto mereka, kerinduan ini sedikit terobati.

Berburu alumni ini tidak lain karena ingin kembali menyambung silaturahmi yang dah terputus lamaaaaaaaa, di samping karena ada blog pondok yang diprakarsai oleh ibunda Annisa Widyawan hehe... Moga dengan adanya blog ini, bisa jadi wadah untuk meluapkan rasa rindu, bercerita dengan keadaan masing2, sekaligus media informasi tentang keadaan yang sedang berkembang di Pondok Darul Arqam, rumah kita tercinta.

Gak hanya dari internet, kabar alumni pun sisi dapet dari telfon2 yang Alhamdulillah pernah dicatat di agenda dan buku telfon kecilku, dari hunting by phone ini didapatlah nomor noprina, kak indah yang kini sudah punya dua anak, nomor kak arifani, nomor kak lutfi, kak fahmi.. duuuuuuuuuuuuuh senengnya

Reply dari alumni sangat kutunggu... jadi bagi darra family yang dah berkunjung ke sini, jangan lupa tinggalkan kabar dan sapa hangatmu...

Ayo berburuuuuuuuuuuuuuuuuuuu.....

Elfira...

Elfira...

Gadis kecil umur 3 tahun itu kini terbaring di NICU Fatmawati

Allah kini mengujinya dan keluarganya

Mungkin pertanda bahwa Allah menyayanginya

Tumor otak, ujian yang harus diderita gadis kecil itu

Yang membuatnya terbaring lemah dengan berbagai selang melingkar di sekujur tubuhnya, dengan tangan terikat, karena takut ia akan bergerak ke sana ke mari


“Fira mau pulang bu..”


“Iya sayang, tapi ada bakso yang harus dikeluarkan dari kepala Fira..”


“Fira mau makan bakso..”


“Iya..kalo Fira dah sembuh, nanti kita makan bakso ya sayang..”


3 fahun, usia yang sangat belia tuk menanggung cobaan ini, Dokter pun telah mengeluarkan 80 persen bakso tumor itu

Sedangkan 20 persen pun masih melekat di tempurung kepalanya

Karena bila diambil, ditakutkan akan mengganggu jaringan pernafasan dan peredaran darahnya

Fira...fira....

Berjuanglah sayang

Doa kami selalu mengiringi setiap nafasmu

Allah selalu punya rencana terbaik untukmu

Allah selalu menyayangimu...

Yasyfiikilllaah...


Ya Allah, berilah ketabahan kepada keluarga Fira yang telah Engkau pilih untuk menerima ujian-Mu agar senantiasa bersabar dan tawakkal menghadapinya.

Di suatu malam

...di musim yang lalu....hehe bukan deng! Kayak syair tembang lawas widuri ya? Tapi tadi pas nanya ayah, yang bener syairnya ‘di suatu senja, di musim yang lalu....’ ah, what ever lah, tapi yang pasti malam itu bener2 unpredictable, unforgetable, unfortune deh...

sore-sore, acu ke rumah sakit Prikasih, karena temen sisi Ijah, masuk rumah sakit ‘lagi’ lantaran dihipotesa kena usus buntu. Waktu pamit ma bun-bun, bun-bun bilang mo nitip soto ayam buat lauk makan malem.

Di rumah sakit, ijah terbaring lemas di tempat tidur. Selain perutnya sakit, ijah juga lagi puasa karena mau di-usg jam 7 malem. Hari itu ijah dijenguk ifah, haya, musikah (yang nanti mau nginep), acu, mbak iswatin, brod, hafiz, aak lampung(calonnya ijah), teh eri dan anak-anaknya.

Setelah maghrib, acu pun pamit undur diri, karena mau beliin soto ayam buat bun-bun. Tadinya pengen beli di cilobak, tapi lantaran di pangkalan jati ada, yo wiss lah, neng kene ae

Sampai di rumah, lampu ruang depan bun-bun tampak gelap, ruang tengah juga, yang nyala lampu dapur ama kipas angin yang selalu geleng kanan kiri.

Perlahan pintu pun acu ketuk,

Tok tok

Assalamu’alaikuuuum...bun-bun

(tidak ada jawaban)

tok tok tok

bun?

.....

akhirnya acu miscall hape bun-bun, nada dering pun terdengar, tapi kok masih maliq d essential yang nyanyi. Hmmm, acu coba miscall lagi, tapi tak ada perubahan.

acu sms, delivered to A, tanda sms terkirim

tapi tetep gak ada jawaban

bun-bun ni tidur apa marah sama acu lantaran pulangnya telat?

Acu sms, acu ketok pintu, acu manjat kursi, acu miscall, sampai tetangga ikut nyamperin dan nanyain, bahkan ada yang buka pintu karena mengira pintu rumahnya yang diketok. Berkali-kali... tapi tetap tak ada perubahan yang berarti.. Bun-bun kemana siiiiih?

Acu dikunciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin

Acu putus asa, desperate, akhirnya soto acu tinggalin di meja depan, sebodo amat ada kucing yang ngambilin (tapi rada khawatir juga). Acu berkesimpulan kalo kejadian ini akhirnya menimpa diriku, gak bisa masuk lantaran bun-bun kecapekan lantas tidur bareng aliif, pergi ke alam mimpi...

Acu pun angkat kaki, pergi ke fatmawati, trus balik lagi, bertemu bun-bun yang dah bangun lagi, dari alam mimpi..

Makasih bun-bun

Untuk kesekian kalinya, bun-bun turut serta..

Bun-bun alias kakakku yang pertama, bun-bun sendiri adalah pengejawantahan dari bunda, karena tak lazim di telinga, maka ibuk amik(kakak acu yang kedua) menggelarinya dengan bun-bun, untill now, panggilan itu abadi, sampai anaknya aliif pun memanggilnya demikian,

Dalam berbagai kesempatan, bun-bun selalu turut serta dalam acara-acara acu. Bun-bunku yang ahli memasak ini tak pernah menolak ketika acu memohon padanya untuk menjadi koki(hitung-hitung sebagai medan ujian ya bun...hehe).

Kali ini, dalam rangka halal bi halal Forum Ukhuwah Mahasiswa Sumatera, bun-bun kembali menunjukkan kemampuannya mengolah bumbu-bumbu Indonesia menjadi soto ayam versi Mamak. Kenapa versi mamak? karena content soto ini terdiri dari ayam, kentang dan bumbu-bumbu lainnya(jangan ditanya apa aja bumbunya, abis acu gak ikutan sih hehe..Cuma ngiris kentang jadi dadu doang). Tidak seperti soto lamongan atau soto betawi itu. Ditambah dengan lontong dan sambel, menambah mantap rasa soto ini.

Bun-bun juga pintar bikin kue, kali ini di kulkas bun-bun ada cheese cake pesenan yah ing,ayahnya Aliif. Rasanya? Mmmm yummmi. Bun-bun juga ahli bikin tiramisu, cup cake dan kue-kue lainnya.

Bun-bun juga punya usaha membuat edible image, pernah denger kan? Itu loh gambar berupa foto, ilustrasi atau tulisan yang diprint di kertas khusus dan bisa dimakan. Dan ini menjadi bidang usaha bun-bun. bun-bun tadinya adalah seorang graphic desainer, tapi sekarang jadi food desainer deh he....

Apapun itu, bun-bun, sang desainer ini, selalu rela membantu ketika job masak datang menghampiriku hehe.. (bun-bun juga selalu menolong di saat yang lain tentunya)..

Makasih bun-bun... jazakallah bi ahsanil jaza....


ni foto bun2 sama aliif waktu ada ICE 2007 di Senayan

Selamat Datang Aulia...

Matahari bersinar hangat pagi ini

Desau angin menerbangkan sayap burung kenari

Menyambut datangnya sang bidadari

Ke dunia yang penuh hangat, karunia Ilahi

Selamat datang bidadari..

Aulia Uluhiyah Ramadhani

Telah lahir ke dunia, keponakanku, buah cinta temanku Ainun Marfu’ah dan suaminya Ramadhani, hari rabu tanggal 07 November 2007 jam 16.45 di Karawang, Moga menjadi anak yang shalihah, kebanggaan kedua orangtuanya... Selamat datang auliaaaaaa...

Abis bensin ya buk?

Seperti lebaran tahun-tahun sebelumnya, acu selalu pulang ke rumah di Bangka, maklum masih sendiri J, belum berkeluarga seperti bun-bun(my first sister} atau ibu amik (the second one), namun di tahun 1428 ini, acu bisa menjalankan puasa ramadhan di rumah sejak hari pertama.

Suatu ketika... saat silaturahmi ke rumah nenek bersama ibu dan nyanya ponakanku, ban motor depan bocor. Mungkin karena usia ban itu yang telah renta dan rambutnya yang kini tiada lagi alias botak, maka ketika ada benda tajam yang menyentuhnya, tak urung ia tak kuasa menghadangnya.

Singkat cerita, motor shogun merah pun dibawa pulang ke rumah dengan mobil kijang ayah. Dan sampai di rumah, shogun merah pun menikmati peristirahatannya...

Satu hari berlalu..

shogun merah masih terdiam di sayap kiri rumah

Dua hari berlalu

Tambah satu hari istirahat

Tiga hari berlalu

Mamak nampak kehilangan kesabaran, karena si shogun belum juga dibawa ke bengkel. Ayah memang berencana buat gantiin itu ban setelah sekian lama belum diganti-ganti, tapi sayangnya rencana itu tak sampai ke telinga mamak(little miss-communication gitu deeeeeh).

Tanpa kami sadari, Mamak yang kehilangan kesabaran yang mungkin ditambah dengan wajah agak merengut J mulai mendorong motor bersama Nabiil, dibawa ke bengkel dekat sekolah Nabiil adek semata wayangku.

Ayah yang baru pulang dari pasar membeli ban motor baru berpapasan dengan ibu berbaju merah yang sedang mendorong motor bersama anaknya. Ayah yang memang ramah bila bertemu siapa saja tak ayal menyapa” Abis bensin ya buk?”, diselingi dengan senyum keramahan. Si ibu pun diam dan berlalu begitu saja.

Sesampai di rumah, ayah berpikir, ‘kayaknya tadi mamak yang ndorong motor, soal e pake baju merah’, sontak ayah langsung memeriksa motor dan terkejut menyadari kekhilafannya bahwa memang ibu berbaju merah itu adalah mamak dan Nabiil, lantaran ayah matanya minus, jadi ayah tidak bisa melihat jelas bahwa ibu itu adalah istrinya sendiri....hehehe...

Tanpa pikir panjang lagi, Siuuuuut...ayah pun langsung menyusul mamak dengan kijangnya

Ayah..ayah maunya ramah, eh salah kaprah..

“Ayo...temen-temen...sekarang kita akan menanam kedelai.... nah, coba lihat ini pura-puranya biji kedelai, pura-puranya....”

Demikikan salah satu ustadzah menerangkan kepada santri TK Islam Raudhatul Athfal Istiqlal. Tampak anak-anak turut memperhatikan cerita biji kedelai yang nantinya akan diolah menjadi susu kedelai setelah melalui berbagai rintangan, Seorang ustadzah pun mulai meniti ‘jembatan’ sambil menaruh bakul berisi kedelai pura-pura di atas kepalanya. Anak-anak dengan serius melihat ibu ustadzah yang terkadang oleng hampir jatuh meniti jembatan, meski ada beberapa anak termasuk Mickey yang mulai merengek meminta kegiatan yang lain.

Atraktif! Fun!

Menurut penjelasan Pak Kasmudi, Humas TK Raudhatul Athfal Istiqlal, TK ini memiliki tujuh buah sentra. Anak-anak tidak diajarkan ilmu agama, melainkan penerapan kehidupan beragama, “Jadi anak-anak bila diminta untuk menyebutkan rukun Islam atau rukun iman, maka belum tentu dia bisa menyebutkannya, tapi anak-anak didik kami sudah bisa mengatakan kepada temannya ’maaf, Allah Maha Melihat, kamu tidak boleh bohong’nanti dicatat lho sama malaikat atid...” ujar beliau.

Jam belajar dimulai sejak pukul 07.00 hingga pukul 14.00 WIB, anak-anak diajak mengenal nilai-nilai keislaman atas berbagai hal, baik ketika mereka berbicara, makan, shalat, bermain dan kegiatan-kegiatan lainnya. Penanaman nilai disampaikan melalui metode cerita dan bermain, saat makan contohnya, diselipkan cerita-cerita keislaman, baik sirah nabi maupun sirah shahabi.

Orang tua pun turut serta

Tidak hanya anak-anak yang mendapat pengetahuan keIslaman, Pak Kasmudi mengatakan bahwa sebelum anak-anak dimasukkan ke TK, orang tua diberikan training pula selama tiga hari, bahkan Pak Kasmudi menambahkan ada salah seorang calon wali murid yang menangis karena kecewa anaknya tidak dididik sebagaimana metode TK Raudhatul Athfal ini, sehingga dengan segera ia memindahkan anaknya untuk masuk ke TK yang terletak di sayap kanan Masjid Istiqlal ini.

Komunikasi pun terus diupayakan agar tetap terjalin antara pihak sekolah dan wali murid lewat pertemuan rutin bulanan, manakala orang tua tidak hadir, maka rapor anak pun tidak diberikan. Demikian pula ketika ada masalah yang dihadapi anak, maka tak segan pihak sekolah memanggil orang tua, bukan untuk memberikan sangsi, tapi lagi-lagi diajak komunikasi. Hal ini dimaksudkan agar pengajaran yang diterapkan di TK juga dapat disinkronisasi orang tua ketika anaknya di rumah.

Menerima Penelitian

Sebagai pilot proyek Departemen Agama, TK Raudhatul Athfal juga membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin mengadakan penelitian atau studi banding di TK ini. Untuk mahasiswa misalnya, yang ingin membuat skripsi, disediakan waktu selama satu bulan untuk mengadakan observasi. Dengan biaya Rp. 1.000.000,- peserta selain penelitian satu bulan, juga mendapat makan siang, wajib magang selama 5 hari dari jam 07.30 hingga 16.00 WIB. Bila lebih dari satu bulan tapi masih ingin melanjutkan observasi maka diperbolehkan meski ada beberapa fasilitas yang tidak lagi diberikan.

Bagi yang ingin mengadakan penelitian, cukup mengajukan surat pengantar dari instansi kepada pihak TK, dan untuk waktu penelitian, ditentukan oleh pihak TK Raudhatul Athfal Istiqlal.

Acu_ichi, setelah mengadakan kunjungan tanggal 06 November 2007 bersama Haya dan Novi

Keseimbangan Terganggu, Dunia Terasa Berputar


Pernahkah Anda merasa pusing, berkeringat dingin, kemudian dunia terasa berputar disertai rasa mual, bahkan muntah? Jika hal itu terjadi, kemungkinan besar Anda mengalami vertigo.

Sesuai dengan akar katanya, dari bahasa Yunani, vetere, yang berarti berputar, vertigo mengacu pada adanya sensasi gerakan atau perasaan seseorang bahwa tubuhnya bergerak terhadap lingkungannya atau lingkungan bergerak terhadap dirinya. Rasa itu bisa dalam bentuk berputar, bergoyang, atau melayang.

Keluhan vertigo menduduki peringkat ketiga dalam praktik dokter umum. Bahkan, pada orang berusia sekitar 75 tahun, keluhan vertigo bisa mencapai 50 persen. Menurut anggota staf Subdivisi Neuro-otologi dan Neuro-oftalmologi Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr Eva Dewati SpS, vertigo bukan suatu penyakit, melainkan gejala penyakit yang penyebabnya sangat bervariasi.

Eva menjelaskan, fungsi keseimbangan tubuh terdiri dari tiga sistem, yaitu sistem vestibular, sistem visual, dan sistem somatosensorik atau proprioseptik. Vertigo muncul jika ada gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga sistem keseimbangan itu.

Jenis vertigo

Menurut situs Neurologychannel, sistem vestibular bertanggung jawab untuk mengintegrasikan rangsangan terhadap indera dengan pergerakan tubuh serta menjaga agar suatu obyek berada dalam fokus penglihatan saat tubuh bergerak.

Saat kepala bergerak, informasi disampaikan ke labirin, suatu organ di telinga bagian dalam berupa tiga saluran berbentuk setengah lingkaran yang dikelilingi cairan. Labirin lantas menyalurkan informasi gerakan ke saraf vestibular atau nervus VIII yang kemudian membawa informasi ke batang otak, dilanjutkan sampai ke serebelum (bagian otak yang mengontrol koordinasi, keseimbangan, pergerakan, tekanan darah, dan kesadaran).

Jika ada gangguan pada sistem ini, yang lazim disebut vertigo vestibular, dunia akan terasa seperti berputar. Serangan vertigo jenis ini umumnya terjadi secara mendadak, bersifat datang-pergi (episodik), disertai rasa mual/muntah, kadang-kadang ada denging di telinga. Pencetus serangan ini adalah gerakan kepala.

Eva merinci, vertigo vestibular dibedakan menjadi tipe sentral, gangguan terjadi pada batang otak sampai otak besar. Yang kedua adalah tipe perifer, gangguan terletak pada batang otak sampai labirin di telinga bagian dalam.

Penyebab vertigo vestibular antara lain trauma kepala, infeksi otak, tumor, infeksi sekitar sinus atau lainnya (flu, pilek, diare), remote efek (reaksi terhadap infeksi yang menyebabkan vertigo).

Situs Neurologychannel menyebutkan, gejala vertigo vestibular perifer adalah pandangan kabur, letih, lesu, sakit kepala, detak jantung cepat, kehilangan keseimbangan, kehilangan konsentrasi, nyeri otot terutama di leher dan punggung, mual, muntah, kemampuan kognitif menurun, serta sensitif terhadap cahaya dan bunyi.

Adapun gejala vertigo vestibular sentral antara lain diplopia (pandangan ganda), sakit kepala hebat, gangguan kesadaran, koordinasi tubuh menurun, mual dan muntah, serta lemas.

Pada vertigo nonvestibular, ujar Eva, sensasi yang dirasakan penderita adalah melayang, bergoyang, atau sempoyongan. Serangan biasanya terjadi terus-menerus, tetapi tidak ada mual maupun muntah. Vertigo akibat gangguan sistem visual biasanya dicetuskan oleh situasi yang ramai, banyak orang atau benda lalu lalang.

Pada gangguan sistem somatosensorik/proprioseptik atau gangguan pada saraf sumsum tulang belakang, misalnya gangguan pada saraf tepi berupa kaki baal atau pundak kaku, impuls gerakan terlambat diterima otak besar. Akibatnya, keseimbangan penderita terganggu dan termanifestasi sebagai vertigo. Gangguan baal biasanya dialami penderita diabetes. Adapun leher kaku (cervical tension) umumnya dialami mereka yang bekerja di belakang meja.

Akibat flu

Salah seorang penderita, Atus (31), mengalami vertigo secara mendadak saat bersiap melakukan pekerjaan sebagai perawat di sebuah rumah sakit. Mula-mula ia berkeringat dingin, pusing, dan merasa seperti hendak pingsan. "Saya merasa melayang dan sekeliling seperti bergoyang-goyang," tuturnya.

Hal itu terjadi setelah tiga hari sebelumnya Atus menderita influenza. Namun, hari itu ia merasa kesehatannya mulai pulih dan batuk pileknya berkurang. Semula Atus bertahan untuk melakukan tugasnya. Sejam kemudian kepalanya terasa makin berat sehingga ia minta izin kepada kepala ruangan untuk istirahat berbaring.

"Tiap kali membuka mata, dunia serasa berputar. Selain itu, saya merasa mual dan kalau sudah muntah menjadi lebih lega. Saya berbaring selama empat jam sampai merasa mendingan," cerita Atus.

Sebagai perawat yang bertugas di ruang rawat inap, Atus sering melihat dan membantu pasien yang mengalami vertigo dalam melakukan latihan rehabilitasi. Karena itu, saat merasa lebih baik, Atus mencoba melakukan latihan dengan duduk tegak kemudian merebahkan badan ke kiri dan ke kanan yang disebut metode Brandt-Daroff. Juga melakukan latihan visual-vestibular berupa latihan mata serta gerakan kepala.

"Menurut dokter, saya menderita neuritis vestibularis (peradangan pada sel saraf vestibular, salah satunya akibat infeksi virus). Selain minum obat yang diresepkan, saya rajin latihan sehingga pulih dalam waktu sekitar seminggu," kata Atus.

Terapi

Menurut Eva, vertigo yang diderita Atus relatif ringan, yaitu jenis vertigo vestibular perifer akibat flu. Vertigo ini bisa sembuh sendiri. Namun, ada vertigo yang penyebabnya cukup serius, misalnya stroke, trauma pada kepala akibat kecelakaan, tumor, maupun kerusakan pada serabut saraf. Biasanya ini jenis vertigo vestibular sentral.

Terapi untuk vertigo dilakukan terhadap penyebab, juga untuk mengatasi gejala serta terapi rehabilitatif. "Vertigo harus diperiksa secara teliti untuk mengetahui penyebabnya. Jika hanya diberi obat untuk menekan gejala tanpa diobati penyebabnya, vertigo akan makin parah," papar Eva.

Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik serta tanya jawab mengenai kapan vertigo mulai dirasakan dan hal-hal yang terjadi atau dialami pasien sebelumnya. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan neurologis pada fungsi vestibular, saraf otak serta fungsi motorik dan sensorik.

Terapi pemulihan bertujuan untuk menimbulkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan pembiasaan pada pasien dengan gangguan vestibular.

Latihan itu adalah metode Brandt-Daroff, berupa latihan membaringkan tubuh ke kiri dan ke kanan, diselingi duduk tegak dengan kaki tergantung. Latihan lain adalah latihan visual vestibular yang dibedakan bagi penderita yang masih harus berbaring, bisa duduk, atau sudah mampu berdiri.

Latihan antara lain berupa gerakan mata ke pelbagai arah secara runtut dan teratur serta gerakan kepala ke kiri dan kanan. Kemudian ada latihan berjalan bagi penderita yang sudah mampu bebas bergerak untuk menjaga keseimbangan.

Dengan latihan dan obat yang tepat terhadap penyebabnya, vertigo bisa diatasi sehingga kualitas hidup penderita bisa pulih. Kalaupun dunia tetap berputar, penderita tak lagi merasa ikut berputar. (Atika Walujani Moedjiono)

A poem

To My Wife Growing Old
Didn't I tell you
that those who love each other trulywith all their hearts and mindsnever ask,
"Do you love me?"
Well, what can i say,
they just live,they lead a life together.
They don't speak out or proclaim anything,
they just remove the sand from the other's eyeor cut the loose thread of cloth,
which looks so large
Do you rememberthe late autumn fourteen years ago
when the blekest wind in the world blewby the gate of your houseat
the foot of the dark village crowded with old wooden Japanese houses,
on the high embankment,
with dim street lampsand a thicket shedding leaves on the hill;
and you, returning from meeting a boy lighter than a strand of hair,
brushed the dandruff from my shoulders?
Just like that:allowing us to look at each other for a long time.
And when i got sickyou came to see me,
whispering the burning wordswhich must have been so hard to say,
words which must have kept you up at night;
"I want to suffer through this with you."
One by one your words lifted the ethambutol and streptomycinfrom the vial and turned the empty brown bottle white,
filling the empty space with your heart.
At midnight I cluthced the bottle, sobbing, I knewyour love, too full and deep to use the word,
wanted us to suffer this disease together
rather than cure it-that you would lose your mind.
Then you became the reason for my life,
you replaced the future I would inhabit.
We have lived together for many years into what can safely be called an age.
As having lived means having added wrinkles to every career,
the trace of years vivid in your fingertips as you straighten my tie.
the grey hairs scattered around your head in the morning,
but do my best to grow old with you.
Only after we have grown old togetherand I can say in a feeble voice,
"Dear, we've led a good life, haven't we?"
will I be able to say,"I love you."
Puisi ini diambil dari Multiply-nya Mbak Asma Nadia, anadia.multiply.com)makasih ya mbak..

Postingan Lebih Baru Beranda